DKI Jakarta – Sebagian besar penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Menjelang pergantian Tahun Baru Islam, berbagai umat Muslim berlomba-lomba mendekatkan diri untuk Allah SWT melalui bermacam amal ibadah. Hal ini direalisasikan sebagai bentuk syukur menghadapi tahun yang telah lama dilalui, sekaligus harapan untuk kebaikan di dalam tahun yang mana akan datang.
Tanggal 1 Muharram yang tersebut menandai awal tahun di kalender Hijriah berubah menjadi momen istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Bagi masyarakat Muslim, pergantian tahun ini bukanlah sekadar perayaan, tetapi juga bagian dari tradisi tahunan yang tersebut sarat makna religius serta spiritual.
Di Indonesia, peringatan tegas tahun baru Islam semakin kaya makna dikarenakan berpadu dengan ragam budaya kemudian kearifan lokal yang mana diwariskan secara turun-temurun. Setiap tempat biasanya miliki cara tersendiri pada menyambut momen ini, disesuaikan dengan tradisi juga budaya setempat.
Lantas, seperti apa tradisi-tradisi yang mana masih dijalankan masyarakat Tanah Air pada menyambut tahun baru Islam? Berikut ini adalah beberapa di dalam antaranya yang dimaksud masih lestari hingga sekarang.
5 Tradisi menyambut tahun baru islam pada Indonesia
1. Mabit ke masjid
Salah satu tradisi yang tersebut kerap dijalankan umat Islam di menyambut tahun baru Hijriah adalah mabit di dalam masjid. Pertemuan ini biasanya mencakup istighosah, pembacaan doa akhir tahun, dan juga dilanjutkan dengan doa awal tahun.
Di beberapa jumlah daerah, mabit turut diisi dengan pengajian, ceramah agama, hingga menginap semalam di masjid. Banyak jamaah memanfaatkan momen ini untuk memperbanyak ibadah dan juga bermunajat untuk Allah SWT, memohon ampunan dan juga petunjuk pada tahun yang mana baru. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kekuatan iman lalu meningkatkan takwa umat Islam mendekati 1 Muharram.
2. Pawai obor
Tradisi pawai obor berubah menjadi salah satu kegiatan yang dimaksud meriah lalu sejumlah dinantikan, teristimewa oleh anak-anak kemudian remaja. Tradisi ini dijalankan dengan berjalan keliling kampung atau desa sambil menghadirkan obor kemudian melantunkan shalawat sebagai bentuk pengakuan terhadap Nabi Muhammad SAW. Acara ini bukan cuma mempererat kebersamaan, tetapi juga menumbuhkan semangat keislaman pada sedang masyarakat.
3. Bubur Suro
Di wilayah Jawa Barat lalu sebagian Jawa Tengah, menyambut tahun baru Islam identik dengan tradisi menciptakan bubur suro. Warga biasanya bergotong-royong menyiapkan dua jenis bubur, yaitu bubur merah juga bubur putih, yang dimaksud dimasak secara terpisah.
Setelah pengajian juga doa dengan dalam masjid, bubur ini akan disajikan lalu disantap bersama. Tradisi ini tidak hanya sekali bentuk rasa syukur, tapi juga berubah menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antarwarga.
4. Kirab Kebo Bule
Di Perkotaan Solo, tahun baru Islam atau yang tersebut dikenal sebagai 1 Suro diperingati dengan kirab budaya yang mana sakral. Salah satu ciri khasnya adalah kirab kebo bule, yaitu arak-arakan kerbau albino milik Keraton Surakarta yang tersebut dianggap sebagai hewan keramat peninggalan Kyai Slamet.
Kirab ini biasanya diiringi dengan pengawalan pusaka milik keraton dan juga menjadi bagian dari rangkaian upacara budaya yang digunakan dijunjung besar oleh komunitas Solo.
5. Tabuik
Di Pariaman, Sumatera Barat, tradisi Tabuik berubah menjadi salah satu perayaan tahun baru Islam yang mana paling khas. Komunitas setempat menimbulkan replika buraq yang tersebut disebut tabuik, sebagai bentuk penghargaan terhadap cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain, yang tersebut gugur pada insiden Karbala.
Tabuik biasanya diselenggarakan mendekati atau pada 10 Muharram, dengan prosesi puncak sebagai arak-arakan patung tabuik yang tersebut diiringi musik dan juga tarian tradisional, sesudah itu dilarung ke laut sebagai simbol kembalinya arwah Imam Husain ke sisi Allah SWT.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Teknologi AI dalam web web ini tanpa izin ditulis dari Kantor Berita ANTARA.
Artikel ini disadur dari Tradisi Tahun Baru Islam di Indonesia: Mabit hingga kirab kebo bule